Postingan

2000, dan kini 2024

Malam ini aku sengaja menyeduh secangkir kopi menahan kantuk, memindahkannya esok pagi ku raih ponsel, ku nikmati lagu-lagu tahun 2000 kesukaanku musik mengalun, bibir ini ingin sekali berteriak dan bersenandung mengikuti irama musik musik sedih, musik riang tapi sayang, ini sudah malam. aku tak mungkin membangunkan seisi rumah dengan kehebohan yang kuciptakan sendiri jadilah aku menepi menepi dari dunia yang fana ini kembali pada alunan musik 2000 kini 2024, tapi rasanya aku ingin kembali ke masa itu. meskipun rasanya pasti tak sama lagi :)

Buru-buru

Aku merasa, hidupku kini penuh dengan buru-buru. mulai dari bangun pagi, segala kegiatan sudah tergambar di kepala. harus ini, harus itu. lakukan ini, lakukan itu. kepikiran kalau ada hal yang terlambat atau belum dilakukan. dalam hati "huh harusnya udah ini ni". Apalagi lihat jam "yaampuun udah jam segini" begitu setiap hari... 🥹🫨 kenapa kita tidak bisa hidup agak santai sedikit ya.

Overthinking

Malam hari waktunya overthinking, sambil mendengarkan lagu-lagu galau tahun 2000an. jadi terungat semua kenangan indah saat masih remaja. dulu, apa yang ku pusingkan selain cinta yang hadir tak tepat cuaca? sekarang galaunya makin banyak, suami, anak, kerjaan, orang tua, keluarga, semuanya berkumpul jadi satu. Masalah datang silih berganti, sementara ku tak juga naik gaji hihi. kalau lagi galau, kadang aku nangis sendiri. Nggak tau kenapa, kadang cuma takut aja mikir semuanya. ah masa depan siapa yang tau?

Masa Depan

Aku tidak tahu, masa depan seperti apa. Apakah dia biru, merah muda, atau abu-abu? akankah dia membawa bahagia? atau ia beroleh luka? semesta tak menjawab apa-apa hanya gelisahku yang kurajut satu demi satu menjadi gundah luar biasa Akan seperti apa masa depan itu? apakah ia akan tetap menjadi rumah yang hangat? dengan segelas coklat panas, roti manis, dan gerimis kecil di luar jendela ataukah, ia menjelma neraka yang dalam ceritanya tak pernah ada bahagia, hanya sakit dan luka kelak, masa depan akan jadi semenit waktu yang sedang ku jalani apakah aku sanggup menitinya? apakah aku kuat untuk menapakinya? satu demi satu

Romantis

Gambar
  image: pinterest Setelah menikah, aku dihadapkan kenyataan bahwa aku telah menikahi lelaki yang tidak romantis. Suamiku jarang sekali mengucapkan kata cinta, sayang, kangen. Memang sih saat WFH seperti ini setiap saat kami bertemu, tapi kadang-kadang aku sebal jika dia bersikap cuek padaku. Padahal kalau aku lihat di drama korea, aduhai kenapa cowok-cowoknya romantis banget, semacam memakaikan jaket pada pasangannya, memeluk saat pacarnya kedinginan, membisikkan kata cinta. Duilah indah banget. Hehehe. Kadang-kadang aku kan jadi iri gitu, eh tapi beberapa bulan menikah, ternyata aku salah. Suamiku bukan tidak romantis, tapi dia romantis dengan caranya sendiri. Sering banget aku ngambek untuk sesuatu yang sebetulnya sederhana, suamiku kadang nggak peka. Tapi dia tidak pernah balik ngambek, sebal, atau marah padaku. Kalau aku ngambek, dia akan memijit tubuhku dan bertanya apa masalahnya. Yah kan, luluh lagi deh. Aku pernah tanya kenapa dia jarang bilang cinta, katanya kenapa

Hamil

Sebelum menikah, aku sudah kenyang banget sama pertanyaan semacam: "kapan nikah?" "udah cukup umur loh" "temen2 seumuran kayaknya udah pada gendong anak" "buruan nikah gih, nanti karatan loh" Pertanyaan yang tak ada habisnya, yang membuatku geram, kesal, nangis, sampai akhirnya saking seringnya ditanya jadi cuek dan nggak peduli.  Kadang aku jawab nyinyir seperti : "jodohnya cariin yang kaya ya bu!" "wah mau dimodalin nikah sama bapak ya?" "kebetulan emang mau nikah nih pak, pinjem seratus juta ya" Ternyata jurus menjawabku cukup jitu, terbukti mereka kapok nanya aku kapan nikah lagi hwehehee.  Setelah menikah, aku kira aku bisa berdamai dengan hidup tenang bersama suami tersayang. Ternyata pertanyaan2 semacam itu juga terus berswliweran. "Udah isi belum?" "anak saya tuh dulu sebulan nikah langsung hamil loh" "makanya banyakin makan toge!" "cepet punya anak gih, nanti suaminya nyari

😭

Aku bingung mau menulis apa. Aku hanya sedang sedih. Kenapa ada orang yang senang mengurusi urusan orang lain? Begitu mudahnya menasehati, menceramahi, mengkritik. Padahal dirinya belum menunjukkan hal2 baik seperti yang ia katakan. Katanya paham agama, katanya istri ustad yang ceramahnya kemana-mana. Ah, aku jadi malas mendengarkan ceramahnya. Bagaimana bisa ceramah hal baik pada orang lain, sedangkan istrinya senang sekali membicarakan hal buruk orang lain.  Ya Allah, kenapa aku harus dipertemukan orang seperti itu? Aku tahu benci itu salah, aku paham kalau marah tak boleh berlarut.  Tapi aku sedih ya Allah... Aku benci..  😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭